Selasa, 05 Juli 2011
AUTOBIOGRAPHY
Assalamualaikum Wr.Wb.
Hari kamis tanggal 29 Agustus 1991 di rumah sederhana, tepatnya pukul 05.00 subuh lahirlah seorang bayi laki-laki. Bayi tersebut memiliki berat 2,8 kg dan panjang 48 cm. Inilah aku sang penulis!! Aku adalah Muhammad Syaefudin, putra dari pasangan Bapak Wirja dan Ibu Daumi. Orang tuaku menikah pada tahun 1991. Orang tua ku merupakan anak pertama di keluarganya masing – masing. Aku adalah anak pertama dalam keluarga ku dan cucu pertama dalam keluarga besarku, aku mempuyai dua orang adik perempuan. Adikku yang pertama lahir tanggal 7 Oktober 1997, namanya adalah Fitria Dwi Wahyuningsih yang sekarang sedang menuntut ilmu di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan sekarang duduk di kelas 2. Sementara adikku yang kedua sudah meninggal pada saat dia lahir, namanya adalah Siti Nur Azizah yang sekarang sudah tenang di sisiNya.
Setelah aku lahir, aku tinggal di Jl.Cianjur, Kaligangsa, Kota Tegal. Saat itu ayahku masih bekerja sebagai pedagang di pasar Pagi Tegal, sementara Ibu hanyalah ibu rumah tangga biasa. Ibu memberikan ASI ekslusif selama 11 bulan kepadaku dan saat bayi aku pun selalu di beri asupan gizi yang baik oleh kedua orang tua ku. Orang tua ku sangat menyayangi anak pertamanya begitu juga dengan keluarga besar orang tuaku, karena aku adalah cucu pertama dari dua keluarga. Pada saat aku berumur 5 bulan, aku belajar merangkak, aku diajari oleh orangtua maupun saudara – saudara lainnya. Setelah aku berumur sekitar 12 bulan aku mulai diajarkan berjalan. Pada saat aku berumur 1 tahun 5 bulan, aku dapat berjalan bahkan berlari, walaupun keseimbangan belum terlatih. Terkadang aku terjatuh dan mempunyai luka yang membekas di sekitar lutut, dan menangis dengan keras. Pada waktu itu aku suka sekali dengan bola dan juga mainan mobil - mobilan. Bagiku keberadaannya merupakan teman main utama ketika orang tua ku sibuk. Namun karena itulah aku akhirnya dapat berbicara dimulai dengan kata – kata pendek seperti “mama”, ”papa”, ”mimi”, “bobo” dan lain – lain. Aku juga di ajarkan berbagai macam do’a, seperti do’a sebelum makan, tidur, dll. Semua orang juga banyak yang mengajariku berbagai macam gerakkan, mulai dari tepuk tangan, menunjukan sesuatu, melompat, dll.
Pada waktu aku berumur 2 tahun, aku sudah mulai aktif berbicara, bergerak serta mengekspresikan diri. Saat umurku 4 tahun, aku sangat senang sekali bermain dan bernyanyi. Diantara teman – temanku yang lain aku adalah anak yang paling nakal, sering sekali aku merebut mainan, menjambak, dll. Karena hal itulah banyak teman – temanku yang memanggil aku dengan sebutan Brandal. Bukan hanya dengan teman – temanku aku nakal, aku pun sering sekali menggangu orang tua. Aku merasa bahwa aku lah yang paling hebat, tidak ada yang bisa mengalahkanku. Karena kenakalan ku itulah, orang tua ku sampai merasa malu mempunyai anak seperti ku, bahkan ibu ku sampai menangis karena mungkin tidak tahu mau bagaiman lagi. Aku yang paling tidak bisa kalau melihat ibu menangis, akhirnya menjadi sadar bahwa apa yang aku lakukan selama ini salah. Semakin aku besar, rasa nakal itu sedikit – sedikit mulai berkurang. Aku mulai berfikir untuk melakukan sesuatu yang lebih baik, sesuatu yang bisa membuat orang lain senang. Pada waktu umurku hampir 5 tahun aku mulai ingin tahu segala hal, mulai dari belajar naik sepeda, menendang bola, bermainan ayunan, dll. Ketika itu hal yang paling aku inginkan adalah naik sepeda. Awalnya aku naik sepeda dengan dipasangi bantuan roda disamping kanan dan kiri. Kemudian setelah bisa mengayuh aku mencoba untuk naik sepeda tanpa bantuan roda samping.
Ternyata susah!!! Aku terus berusaha agar aku bisa naik sepeda seperti yang lain. Aku terus berusaha meskipun aku kebanyakan jatuh, namun aku selalu semangat meskipun ayahku sudah melarang, terlebih lagi ibu yang juga menangis ketika melihat aku menangis karena jatuh kesakitan. Aku terus berusaha dengan bantuan dari orang tuaku dan juga teman – teman. Aku selalu berfikir bahwa aku pasti bisa. Akhirnya dengan semua yang telah aku lalui, aku bisa naik sepeda tanpa bantuan roda samping. Aku sangat senang sekali, karena hal yang tadinya tidak bisa aku lakukan, sekarang aku mampu melakukannya dengan baik. Orang tua ku pun ikut senang begitu juga dengan teman – temanku. Aku mulai tumbuh besar, aku ingin merasakan bagaimana rasanya sekolah. Orang tua ku pun sudah mempersiapkan aku untuk sekolah. Mulai dari peralatan sekolah sampai biaya sudah mereka pikirkan. Aku bertambah semangat ketika orang tuaku menunjukan peralatan – peralatan sekolah yang sudah mereka beli padaku. Aku pun menanggapi hal tersebut dengan senang hati. Memang sudah saatnya aku sekolah.
Akhirnya setelah aku berusia 7 tahun, aku merasakan nikmatnya menuntut ilmu secara formal disekolah mulai tahun 1998. Aku bersekolah di SD Negeri Kaligangsa 5, Margadana, Kota Tegal. Saat duduk di kelas 1, aku mulai bergaul dan bercanda dengan beberapa orang temanku. Aku termasuk orang yang pendiam, tetapi aku juga suka jika ada teman yang mengajakku untuk bermain. Perkembanganku di kelas 1 ini menurut orang tua ku sudah cukup bagus, karena aku sudah bisa menulis, membaca, menghitung, dll sama seperti temanku yang lain. Satu tahun sudah aku sekolah, pada saat aku akan naik kelas 2, orang tua ku pergi ke Jakarta untuk mencari nafkah, karena disana ada pekerjaan yang lebih baik. Pertama kali aku ditinggal mereka, aku menangis begitu juga dengan adikku. Namun aku harus tegar menghadapi semua ini. Sekarang kami tinggal hanya bertiga. Hari – hari aku lewati tanpa adanya orang tua di sampingku, hanya nenek dan adikku yang menjadi teman main di rumah. Aku mulai terbiasa dengan keadaan seperti ini. Aku akhirnya naik kelas2, di kelas 2 aku sudah mulai aktif di sekolah, aku yang dulunya pendiam, sekarang mulai berani untuk tidak malu. Di kelas 2 inilah aku mulai berfikir lebih, karena aku tidak hanya sekolah di SD, tetapi setiap sore aku juga harus sekolah agama. Sekolah agamaku namanya adalah Taman Pendidikan Qur’an AL –IZZAH ( TPQ AL- IZZAH ) yang terletak tidak jauh dari rumahku. Sebenarnya aku tidak mau sekolah agama, karena aku masih kecil, namun karena orang tua ku menginginkan aku untuk sekolah di Madrasah maka aku pun menurutinya. Awal masuk, aku sudah merasa tidak senang, karena proses belajar mengajarnya berbeda dengan di SD. Karena aku merasa belum siap sekolah di Madrasah, akupun akhirnya berbicara kepada orang tua ku bahwa aku belum siap sekolah di Madrasah. Akhirnya orang tua ku memutuskan untuk tidak menyekolahkanku di Madrasah.
Prestasiku di SD ini dapat dikatakan cukup bagus. Pada saat kelas 2, aku mendapat rangking 1 di semua Catur Wulan. Aku merasa sangat senang sekali karena saat kelas 1 dan 2 ini aku senantiasa mendapat ranking 5 besar di kelas. Setelah naik kelas 3, ayahku menawarkan kepadaku untuk bersekolah agama lagi, aku berfikir bahwa ayahku mempunyai maksud baik kepadaku. Akhirnya aku pun menyanggupi tawaran ayah. Aku dan ayah sudah sepakat kalau aku tidak boleh keluar lagi seperti yang sebelumnya. Aku pun setuju dengan kesepakatan tersebut. Akhirnya aku sekolah di Madrasah Diniyah Awaliyah ( MDA RAUDATUL ULUM ). Sama seperti yang dulu, aku berangkat setiap sore, namu di Madarasah mempunyai tingkat – tingkat yang berbeda, semuanya ada 4 tingkat agar bisa lulus.
Disini aku banyak belajar tentang ilmu agama dan al’quran. Proses belajar mengajarnya pun hampir sama dengan di SD. Aku sangat senang bersekolah di Madrasah, selain aku mendapat ilmu agama, aku juga dapat teman baru yang mempunyai sifat berbeda dengan di SD.
Saat aku tingkat 1 Madrasah aku sudah mulai bisa menulis dan membaca huruf hijaiyah. Aku sangat senang begitu juga dengan orang tua ku. Setelah 1 tahun sekolah di Madrasah, aku akhirnya naik tingkat. Berbeda dengan di SD, di Madrasah ini tidak ada peringkat terbaik di kelas, yang ada hanya naik atau tidak naik. Di tingkat 2 Madrasah, aku mulai bisa membaca al’quran. Kyai ku selalu mengajarkan untuk membaca al’quran setiap hari, karena sudah seharusnya kita membaca al’quran dari sejak kita kecil. Alhamdulillah...hal itu masih aku lakukan sampai sekarang. Di tingkat 2 juga diharuskan untuk menghafal surat – surat pendek yang biasa di baca dalam solat. Setiap hari, sebelum pulang kami harus membacakan surat yang sudah kami hafalkan di depan kelas, tanpa melihat. Dan Alhamdulillah, aku bisa melalui tingkat 2 ini dengan baik. Akhirnya aku pun naik tingkat 3.Di tingkat 3 ini, aku sudah mulai paham benar tentang akhlak, tauhid, dan agama. Aku mulai bisa tilawah ( membaca al’quran dengan lafal nyanyian ) ketika aku tingkat 3, itupun masih dengan bimbingan dari kyai. Tantangan terbesarku di tingkat 3 adalah bertilawah di depan orang banyak saat acara perpisahan tingkat 4. Hal itu menjadi berat karena aku belum bisa bertilawah. Namun kyai ku selalu membimbingku dengan sabar, sampai akhirnya aku mampu bertilawah di depan orang banyak. Orang tuaku pun ikut bangga dengan hal itu. Akhirnya di tingkat 3 ini aku berhasil melaluinya dan naik ke tingkat 4. Tingkat 4 adalah tingkat terakhir, dimana setiap siswa diwajibkan untuk dapat menempuh ujian dan mampu menjelaskan semua yang telah didapatkan selama di Madrasah. Seperti ujian pada umumnya, ujian di madrasah di lakukan oleh Madrasah dengan soalnya dari pusat. Aku melaksanakan ujian selama 3 hari dengan mata ujian sebanyak 3 mata pelajaran. Alhamdulillah...aku akhirnya lulus dari madrasah. Banyak hal yang telah aku dapatkan selama di Madrasah, dan hal itu akan aku amalakan dalam kehidupanku seperti apa yang telah kyai ku sampaikan.
Mungkin karena aku terlalu fokus pada sekolah Madrasah, sekolah SD ku jadi kurang. Hal itu terbukti dengan nilai – nilai pelajaran ku yang sedikit menurun, namun orang tua ku memakluminya karena aku masih kecil. Tapi aku merasa harus bangkit kembali, aku tidak mau jika sekolah SD ku hancur hanya karena sekolah Madrasah. Aku harus mampu berprestasi di kedua – duanya. Di kelas 4 ini prestasiku di sekolah cenderung standar sama dengan teman – temanku yang lain.
Prestasi terbaikku adalah di kelas 5, saat itu aku ditunjuk untuk menjadi wakil SD ku untuk ikut PORSENI (Pekan Olah Raga dan Seni) se – Kota Tegal. Acara tersebut merupakan suatu ajang bagi siswa yang memiliki bakat dan kemampuan. Aku bersama dua orang temanku pergi ke kota untuk mewakili sekolah kami. Aku di bagian olahraga, sementara dua orang temanku di bagian seni yaitu menari dan menyanyi. Dan alhamdulillah meskipun bukan juara 1, tapi aku mendapat juara 2 untuk kategori Olahraga Atletik, sementara temanku tidak mendapat juara. Aku sangat senang sekali begitu juga dengan temanku yang dua tadi, meskipun mereka tidak mendapat juara tetapi mereka sudah berusaha. Mereka pun memberikan ucapan selamat kepada ku, begitu juga dengan guruku. Disinilah awal mulanya aku mulai menyukai olahraga, aku merasa senang setiap aku melakukan olahraga apapun. Bagiku yang terpenting adalah aku harus berlatih dengan sungguh – sungguh, agar aku dapat meraih yang terbaik. Di kelas 5 ini aku kebanyakan mendapat prestasi dari olahraga, setiap pelajaran olahraga, aku pasti menjadi yang terbaik di kelas. Prestasiku yang terakhir di SD adalah aku dapat masuk ke-5 besar pada saat pengumuman kelulusan. Orang tuaku sangat senang dengan hal itu, begitu juga denagn teman – temanku. Saat acara perpisahan secara tidak terduga, orang tua ku menyanyikan sebuah lagu di depan panggung, dan aku merasa terharu dengan hal itu. Satu hal yang menjadi fikiranku, aku merasa sedih sekali karena aku harus berpisah dengan guru – guru dan teman – teman terbaikku. Namun aku tidak boleh berfikiran seperti itu, karena semua yang diawali pasti akan diakhiri.
Setelah Lulus SD, aku merasa bingung saat akan msuk SMP karena sebagian besar teman – temanku memilih sekolah yang tidak aku pilih. Aku memilh SMP yang unggul dan dekat dengan rumahku, akhirnya aku memutuskan untuk bersekolah di SMP Negeri 18 Kota Tegal. Aku merasa bingung karena tidak ada satu pun teman SD ku yang memilih bersekolah sama denganku. Aku bermaksud untuk keluar dari sekolah itu saat baru pertama kali masuk, namun orang tua ku selalu memberikan semangat agar aku tidak keluar dari sekolah tadi. Orang tua ku selalu mengatakan bahwa teman akan selalu ada dalam kehidupanmu. Akhirnya, setelah aku merasa yakin dengan semuanya, aku memutuskan untuk bersekolah di SMP Negeri 18 Kota Tegal.
Waktu kelas 7, aku masuk kelas 7A. Aku senang sekali karena teman-temanku dikelas itu baik-baik dan kompak. Aku yang tadinya merasa takut karena berfikir nanti tidak akan punya teman, sekarang jauh menjadi lebih senang dari sebelumnya. Kami adalah kelas yang paling kompak walaupun pada saat itu kami masih terbawa sifat-sifat SD. Saat itu, wali kelas kami adalah guru perempuan yang baik dan cantik. Dia selalu memberikan arahan pada kami setiap kami mengalami kesulitan. Pada saat kenaikan kelas sebelum dibagikan raport, kami diminta untuk berkumpul di lapangan upacara terlebih dahulu. Karena pihak sekolah akan mengumumkan siapa saja juara umum tahun itu. Di tahun pertama ini aku tidak mendapat juara umum, namun aku masih masuk 10 besar di sekolah, dan 3 besar di kelas. Wali kelas memberikan hadiah kepada 3 besar yang berprestasi di kelas, dan salah satunya itu adalah aku. Tak terasa sudah setahun aku bersekolah di SMP, dan akhirnya aku naik kelas 8.
Di kelas 8, aku masuk kelas 8B. Saat-saat di kelas 2 itulah menurutku yang paling berkesan karena teman-teman sekelasku baik-baik dan mereka kebanyakan adalah oang-orang yang humoris. Jadi, walaupun sedang pelajaran kosong kami tidak pernah bosan karena kami selalu mengisi kekosongan dengan canda tawa. Saat di kelas 8, aku banyak ditunjuk untuk mengikuti lomba – lomba. Tahun 2006 mengikuti Lomba “Karya Ilmiah Remaja” tingkat Kota Tegal, tahun 2006 mengikuti Lomba Cerdas Cermat tingkat Kota Tegal, dan tahun terakhir di kelas 2 aku ditunjuk untuk membuat cerita yang akan di kirimkan di Pusat, Jawa Tengah. Aku sangat bersyukur karena dapat mengikuti semuanya dengan baik, meskipun tidak menjadi juara. Banyak hal yang aku dapatkan dari semua lomba tadi. Salah satunya adalah aku menjadi sadar bahwa masih banyak orang pintar di luar sana, namun aku akan selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik. Hal itulah yang menjadikan aku semakin bersemangat untuk belajar, hingga akhirnya aku menjadi yang terbaik di sekolah pada semester satu ini. Kemudian di semester dua, menjelang kenaikan kelas, pihak sekolah mengadakan Study Tour ke Jakarta – Bandung selama 2 hari untuk tujuan liburan juga sebagai observasi. Kunjungan kami di mulai dari TMMI (Taman Mini Indonesia Indah ), disini kami melihat berbagai macam penemuan – penemuan terbaik di dunia dan alat – alat simulasinya. Kami juga menjadi tahu tentang kebudayaan yang ada di dunia.
Kemudian kami melanjutkan perjalanan ke Sea World, dan setelah itu kami pulang kembali ke sekolah, karena perjalanan ke Bandung dibatalkan. Satu minggu setelah study tour, akhirnya tiba kenaikan kelas. Pada saat kenaikan kelas sama halnya seperti kelas 7 dulu, yaitu kami dikumpulkan di lapangan upacara untuk mengumumkan siapa saja Juara Umum tahun itu. Alhamdulillah aku mendapat Juara Umum tahun 2006 di SMP ku.
Akhirnya,sampailah saya di kelas 9, aku masuk kelas 9A. Sama halnya seperti kelas 7 dan 8, aku juga senang masuk di kelas ini. Di kelas 9 ini, aku kembali banyak mengikuti lomba - lomba. Di semester 1 ini aku ditunjuk untuk ikut dalam Lomba Karya Ilmiah Remaja bersama dengan adik kelasku. Kemudian menjelang semester 1 berakhir, aku ditunjuk lagi untuk ikut berpartisipasi dalam acara “Manasik Haji” yang diselenggarakan oleh Ikatan Perkumpulan Haji Indonesia (IPHI ) kota Tegal. Acara tersebut merupakan kerjasama antar Departemen Agama dan Ikatan Haji di kota Tegal. Alhamdulillah akau dapat melaksanakannya dengan baik. Di semester satu ini, aku mendapat peringkat 2 di Juara Umum Sekolah, aku kalah bersaing dengan teman satu kelasku. Namun aku tidak patah semanagat, justru aku menjadi lebih semangat. Di semester 2 ini, aku benar-benar tidak mau lagi bermain-main karena semester 2 ini adalah penentuan. Sejak awal aku sudah berniat untuk mengejar nilai terbaik di kelas 3 ini seperti yang aku janjikan pada orang tua ku, oleh karena itu aku akan sungguh – sungguh belajar. Dari awal mulai masuk, di semester 2 ini aku banyak mendapatkan Les dari sekolah, terutama untuk pelajaran yang akan diujikan yaitu Matematika, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris. Setiap satu minggu tiga kali pertemuan untuk Les dan yang sisanya untuk belajar sendiri. Aku benar – benar memanfaatkan waktu yang ada untuk belajar, karena waktunya sudah dekat. Aku sudah berjanji pada orang tua ku, kalau aku pasti lulus dengan nilai terbaik. Aku pun selalu meminta mereka agar selalu mendo’akan ku. Satu bulan sebelum ujian aku selalu menyempatkan untuk puasa Senin – Kamis, dan selalu berdo’a agar kami semua Lulus. Bahkan satu minggu sebelum ujian, dari pihak sekolah pun mengadakan do’a bersama bagi kelas 9. Segala upaya telah kami lakukan, semoga Allah memberikan yang terbaik. Satu hari sebelum Ujian aku bersimpu di depan kedua orang tua ku, meminta agar mereka memaafkan dan mendo’akan aku.
Akhirnya, tibalah saat Ujin Akhir Nasional, tiga hari kami melaksanakan Ujian Nasional dan Alhamdulillah semua dapat berjalan dengan lancar. Ujian telah dilakukan, kami tinggal menunggu hasilnya. Selama dua minggu kami menunggu, akhirnya tibalah saat pengumuman kelulusan. Pada saat itu saya merasa sangat tegang. Meskipun saya juara umum tahun lalu di kelas 2, bukan jaminan kalau saya pasti Lulus. Sambil sujud, saya mengatakan Alhamdulillah. Saat pengumuman kelulusan saya dinyatakan lulus dengan nilai yang memuaskan, meskipun bukan juara 1. Dalam Ujian aku hanya mendapat peringkat 2, aku kembali kalah dengan temanku, aku merasa sedih tapi aku juga merasa senang. Aku senang sekali, terlebih orang tuaku. Pada saat perpisahan, aku sangat sedih karena harus berpisah dengan guru-guruku yang sangat baik serta selalu sabar dalam mendidikku selama ini dan juga teman-temanku tercinta yang selalu mendukungku. Berat rasanya bagiku untuk berpisah dengan mereka. Namun semua ini harus aku hadapi dengan senyuman untuk hari esok yang lebih baik…Dan saat itu aku dinobatkan sebagai Siswa Tergiat sementara siswa Berprestasi tahun 2007 harus aku relakan pada temanku.
Setelah lulus dari SMP aku melanjutkan studi ke tingkat yang lebih tinggi. Awalnya aku memilih untuk melanjutkan di Sekolah Menengah Atas (SMA), namun karena aku berfikir setelah lulus nanti aku mau membantu orang tua, akhirnya aku memutuskan untuk sekolah di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Aku berfikir bahwa nanti di SMK aku dapat mendapatkan pelajaran kejuruan yang dapat berguna bagi masa depanku. Akhirnya, orangtuaku pun setuju dengan pilihanku. Aku memutuskan untuk masuk jurusan Mesin, jurusan yang sama sekali aku tidak tahu. Namun hal itu tidak mematahkan semangatku, aku selalu yakin bahwa setiap sesuatu dapat dipelajari. Dalam setiap langkahku aku selalu mohon pada orang tua kui agar mereka selalu mendoakanku. Tahun 2007 aku mengikuti tes masuk, dan alhamdulilah aku diterima bersama dengan 2 teman satu SMP ku. Ketika diterima masuk SMK aku mendapat peringkat ke – 14 dari semua siswa yang diterima. Aku sangat bersyukur karena dapat diterima di sekolah yang terbaik se-kabupaten. Sekolahku namanya adalah SMK Negeri 1 Adiwerna atau orang – orang lebih mengenal dengan nama ADB school ( Asian Devolepment Bank ).
Mendapat sebutan itu dikarenakan sekolahku merupakan sekolah bentukan bank – bank di daerah Asia Tenggara, hal itulah yang membuat aku merasa bangga dengan sekolahku, terutama jurusan mesin. Pertama masuk aku belum mengenal apa – apa, terutama pada saat pelajaran produktif, yang salah satunya merupakan praktek mesin. Namun setelah 1 semester, aku mulai faham dengan jurusan mesin, jurusan yang banyak prakteknya. Aku mulai banyak mengerti tentang kompenen – kompenen mesin. Akhirnya setelah 1 tahun, aku naik kelas 2 tanpa peringkat karena disekolahku memang tidak ada istilah peringkat, yang ada hanya naik atau tidak naik, sama seperti sekolah madrasahku yang dulu. Di kelas 2 ini aku lebih banyak mendapat pelajaran di kelas, karena di kelas 2 adalah merupakan materi, dan dikelas 3 nantinya tinggal prakteknya secara langsung. Di kelas 2 aku merupakan anak yang pendiam, hampir aku punya teman hanya beberapa saja, karena mungkin aku terlalu sibuk dengan olahraga di luar sekolah. Aku saat itu sedang mengikuti sekolah sepak bola di daerahku, dan latihannya setiap sore. Jadi setiap sore jam setengah 4 aku harus datang ke lapangan untuk latihan, sementara aku pulang sekolah jam 3 sore. Tim sepak bolaku namanya Banteng Muda Junior. Di tim ini mayoritas anak – anak muda, hanya beberapa saja yang tua. Aku bermain di tengah sebagai forward center yang berfungsi untuk menyeimbangkan permainan. Aku selalu semangat dalam bermain, baik latihan maupun sparing (lawan tanding). Pelatihku selalu mengajarkanku bahwa kita harus selalu menang. Aku pun selalu berusaha agar dapat menjadikan timku yang terbaik. Tahun 2009 aku mengikuti kejuaraan sepak bola antar tim se- kota Tegal, dan alhamdulillah timku menjadi juara. Aku dan teman – teman mendapat penghargaan dari wali kota Tegal.
Selain bermain sepak bola, aku juga suka bermain bulutangkis. Dari semua olahraga yang pernah aku geluti, bulutangkis merupakan olahraga yang paling aku sukai, karena bulutangkis permainan yang membutuhkan keahlian, sehingga sangat menentukan kemenangan. Prestasiku di dunia bulutangkis kurang bersinar, karena aku hanya setengah – setengah mengikutinya. Namun aku tidak merasa kecil hati dengan hal itu, selalu senang merupakan prinsip ku dalam ber olahraga. Aku berharap bisa menjadi seperti Taufik Hidayat, yang mampu mengharumkan nama Indonesia di kancah Internasional. Karena kemampuan bermainku tak sebagus dia, maka aku hanya bisa mengidolakannya dan selelu mendo’a kan agar dia selalu menang dalam setiap pertandingan. Di kelas 2 ini, aku mendapat jatah untuk melakukan Paktek Kerja Lapangan ( PKL ) di perusahaan – perusahaan yang ada kaitannya dengan jurusanku. Karena jurusanku mesin, aku memutuskan untuk memilih tempat praktek di Perusahaan Kereta Api di daerah Tegal. Perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang bergerak di bidang perbaikan kereta api. Perbaikan tersebut meliputi perbaikan body, perbaikan bagian dalam kereta, perbaikan roda kereta, dll. Selama lebih dari satu bulan aku praktek disitu, aku banyak mendapat pengalaman tentang dunia kerja. Kinerjaku di perusahaan tersebut dapat dikatakan cukup bagus. Aku bersama dengan 2 temanku selalu menjalankan tugas yang diberikan oleh perusahaan dengan baik. Setelah lebih dari satu bulan kami praktek disitu, akhirnya masa praktek kami habis, dan akhirnya kami keluar darri perusahaan tersebut. Kemudian kami mencari tempat praktek kerja lagi, karena jam kerja yang harus dipenuhi masih kurang. Tidak lama setelah keluar dari PT.KAI, kami bertiga pun sudah mendapat tempat praktek baru. Perusahaan kali ini bergerak di bidang penempaan besi, kami bertiga mendapat jatah untuk finishing benda kerja yang sudah di tempa. Finishing tersebut meliputi proses pembubutan, pengeboran, pengelasan, pembersihan, dll. Setelah finishing, benda kerja tersebut pun siap untuk di packing dan dipasarkan.
Pekerjaan itu menurut kami terasa berat, karena pada saat itu kami sedang menunaikan ibadah puasa. Setelah dua bulan lebih kami praktek disitu, kami rasa waktu yang ditentukan dari sekolah sudah terpenuhi. Akhirnya pada saat hari raya, kami keluar dari perusahaan tersebut dan kembali sekolah seperti biasa. Sebelum proses belajar mengajar dimulai seperti biasa, kami diberi waktu untuk istirahat selama 3 hari. Kemudian setelah kami masuk, dua bulan lagi akan diadakan ujian kenaikan kelas. Akhirnya ujian pun dilaksanakan, dan alhamdulillah kami semua naik kelas tiga. Di kelas 3 ini aku mengikuti organisasi di sekolah ku yaitu Rohis ( Rohani Islam ) yang beranggotakan teman – temanku di lain jurusan. Setiap pulang sekolah, kami biasanya berkumpul di masjid. Sambil duduk – duduk di deapan teras masjid, kami biasanya membicarakan tentang agama, pelajaran, dan kehidupan sehari – hari, tak jarang kami bercanda, di dalam pembicaraan tersebut. Di Rohis, aku mulai belajar berorganisasi, sebelumnya aku tidak mengikuti organisasi apapun selama sekolah. Sekolahku di kelas tiga ini memang membutuhkan fisik dan mental yang kuat. Aku mendapat pelajaran praktek setiap harinya, hampir setiap hari kami selalu praktek dengan mesin. Semester pertama, kami banyak mendapatkan nilai dari praktek mesin, hanya sedikit pelajaran di kelas. Di semester dua ini kebalikan dari semester satu, karena kami banyak mendapat pelajaran di kelas, hal itu dikarenakan kelas tiga akan Ujian Akhir Nasional empat bulan lagi. Jadi, masa sekolah kami di semester dua ini lebih singkat di banding semester satu. Mulai semester dua, kami harus mengikuti les tambahan yang diadakan sekolah. Les tersebut merupakan upaya agar siswa kelas tiga dapat lulus semua di ujian nanti. Setiap hari, kami harus mengikuti les sampai sore, hal itu menurut kami sangat membosankan. Namun, demi lulus kami harus semangat melakukannya. Berbeda dengan SMP, di SMK ini ada ujian tambahan yaitu ujian Kejuruan. Ujian ini bagiku sulit, karena materinya tentang permesinan dan kebanyakan soalnya adalah menghitung. Namun hal itu tidak menjadi masalah buatku, aku selalu berfikir bahwa aku pasti bisa.
Aku selalu mengingat kata – kata Ayah tersebut yang senantiasa aku jadikan penyemangatku, ketika aku terpuruk. Sebelum aku menempuh ujian nasional, seperti biasa aku bersimpu di hadapan orang tua ku agar mereka mendo’akanku. Akhirnya, 22 April 2011 kami melaksanakan ujian nasional. Dan Alhamdulillah semua soal dapat aku jawab tanpa ada kesulitan dan semoga hasilnya juga baik. Kurang lebih dua minggu kami menunggu pengumuman ujian, sambil menunggu aku ppun mencari informasi tentang SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru). Setelah pengumuman di berikan, aku senang sekali karena aku lulus dan nilainya pun cukup memuaskan. Setelah lulus aku bingung untuk memilih dua pilihan, aku harus kuliah atau kerja. Orang tua ku menyarankan ku untuk kuliah, sementara aku ingin bekerja sama seperti teman – temanku yang lain. Aku berfikir bahwa jika aku bekerja, maka dapat membantu ekonomi keluarga. Aku tidak ada niatan sedikit pun untuk kuliah, karena aku ingin membahagiakan kedua orang tua ku dengan hasil jerih payah ku sendiri. Aku ingin membalas budi mereka selama ini. Karena kebingungan ku tersebut aku memutuskan untuk minta pendapat dari keluarga besar ku, dan ternyata banyak yang mendukungku untuk kuliah. Akhirnya, aku memutuskan untuk kuliah seperti apa yang di inginkan orang tua ku. Orang tua ku menyuruh aku kuliah di Jakarta, karena agar dapat di sambi membantu mereka berwiraswasta. Aku pun menurut saja, aku mendaftar di dua universitas, yaitu Universitas Negeri Jakarta ( UNJ ) dan Universitas Negeri Semarang ( UNNES ). Di UNJ aku mendaftar di jurusan olahraga, jurusan yang menjadi kesukaanku, sementara di UNNES aku mendaftar di jurusan mesin. Akhirnya, aku diterima di UNNES. Awalnya aku merasa bimbang, karena aku harus kuliah jauh dengan orang tua ku. Kemudian aku meminta petunjuk pada orang tua ku bagaimana yang sebaiknya???. Orang tua ku pun memberikan restu padaku, dan mengizinkan aku untuk kuliah di Semarang. Aku yang tadinya bimbang, kini menjadi optimis. Akhirnya, aku pun sekarang kuliah di Universitas Negeri Semarang.
Di jenjang kuliah ini aku harus berfikir dewasa, harus bisa memanajemen waktu sebaik mungkin, agar dapat lulus tepat waktu. Aku adalah calon sarjana, calon seorang guru yang harus mampu mengatur dan mengajari diri sendiri sebelum mengajari orang lain. Setiap kegiatan harus dapat bermanfaat, bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk orang lain. Untuk itulah aku harus mulai disiplin sejak mulai kuliah.
Kuliahku di Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Fakultas yang katanya taraf kelulusannya paling rendah, namun hal itu tidak menjadikanku down. Aku selalu berusaha semaksimal mungkin apa yang bisa aku lakukan. Ketika awal masuk kuliah, aku sudah dikenalkan dengan yang namanya PPA ( Program Pengenalan Akademik ). Maksud dari kegiatan ini adalah mengenalkan kepada mahasiswa baru tentang kehidupan kampus. Kemudian ada kegiatan yang namanya OKPT (Orientasi Kepramukaan Perguruan Tinggi ) yang bermaksud untuk mengenalkan mahasiswa tentang kepramukaan di UNNES. Semua mahasisiwa baru mengikuti kegiatan tersebut, begitu juga aku. Tidak lama aku kuliah di UNNES, aku akhirnya masuk organisasi Mahapala Universitas Negeri Semarang. Organisasi yang bergerak di bidang kepecintaalaman dalam rangka untuk konservasi, dan pelestarian alam. Sebelum menjadi anggota Mahapala, aku harus mengikuti pendidikan dan latihan Mahapala selama 11 hari. Kegiatan pendidikan dan latihan diantaranya meliputi, teknik bertahan hidup ( survival ) di hutan selama tujuh hari, menelusuri hutan rimba, Long match dari kampus UNNES menuju puncak Ungaran dan kembali lagi menuju kampus, dll. Akhirnya setelah 11 hari , aku pun menjadi anggota bersama teman – temanku yang lain. Setelah aku menjadi anggota, aku harus menjaga totlitas, loyalitas, dan senioritas yang menjadi bagian terpenting di mahapala.
Untuk dapat menjadi anggota sepenuhnya aku dan teman – teman yang lain harus memnuhi atribut mahapala yaitu syal mahapala dan baju lapangan mahapala. Tanggal 20 Mei 2011 kami melakukan pengambilan syal mahapala yang dilakukan secara long match yaitu berjalan kaki dari kampus UNNES sampai ke Candi Gedong Songo dan kembali lagi menuju kampus, dan semuanya penuh jalan kaki selama dua hari. Pengambilan syal di lakukan di puncak tebing dan kami harus merayap melewati sungai sepanjang 100 meter dan berjalan jongkok sepanjang 100 meter. Kemudian kami harus mengambil syal tersebut di atas tebing, jadi kami harus memanjat tebing tersebut dan mengambilnya dengan menggunakan mulut. Memang rasanya berat, namun senior – senior kami selalu menekankan pada kami, bahwa kita harus selalu berfikir positif. Perjalan pulang ke kampus jalannya menurun dan lewat jalan beraspal sehingga hanya ditempuh selama 12 jam. Karena jalanan yang beraspal kaki kami menjadi melepuh, sampai sampai ada yang pingsan, namun kami harus saling tolong – menolong karena kami adalah saudara meskipun bukan kandung tapi kami adalah saudara seperjuangan yang harus saling menjaga. Ketika yang lain lemah, maka yang lain harus menyemangati, itulah yang selelu senior - senior kami ajarkan. Akhirnya, kami sampai juga di kampus walaupun dengan kaki yang busuk, karena sudah terlalu parah namun itulah yang disebut “ pendidikan “. Setelah itu kami menjadi tahu betapa berharganya sesuatu yang kita dapatkan dengan perjuangan yang luar biasa. Perjuangan yang membutuhkan ketahanan fisik dan mental baja. Bukan hanya fisik yang harus di latih, tetapi sebenarnya mental adalah yang paling menentukan. Seseorang yang memiliki fisik yang kuat, apabila tidak disertai mental yang kuat pula maka ia akan menjadi lemah. Sama halnya dengan kegiatan pengambilan syal mahapala ku. Mungkin hal tersebut tidak dapat masuk akal, namun berkat mental kami yang selalu berfikir positif , hal yang tadinya mustahil sekarang dapat kami lakukan.
Selama aku menjadi anggota mahapala aku banyak mengikuti kegiatan – kegiatan kampus, sehingga kuliahku pun menjadi tidak teratur, namun itulah di mahapala. Itulah yang disebut loyalitas. Biasanya aku di ajak senior ku untuk ikut kerja di outbond setiap sabtu dan minggu, dan uangnya pun lumayan dapat aku tabung untuk biaya hidup tambahan. Aku juga biasanya di ajak untuk ikut lomba – lomba tingkat daerah maupun nasional. Yang terbaru adalah lomba Orienteering tingkat Jawa Tengah, dan dari tahun ke tahun mahapala lah yang menjadi juara 1, ini salah satu yang menjadikanku betah di mahapala. Bukan hanya di tingkat provinsi atau nasional saja, tetapi masih banyak prestasi lain yang telah di ukir mahapala di bidang kepecintaalaman. Sejak tahun 80- an mahapala sudah mengukir banyak prestasi mulai dari Rekor MURI sampai kegiatan besar lainnya. Kegiatan yang paling terbaru adalah prestasi di dunia Internasional yaitu pendakian di puncak tertinggi di benua Afrika, Gunung Kilimanjaro yang telah mengharumkan nama Indonesia di kancah Internasional pada umumnya dan mahapala pada khususnya. Meskipun waktu itu aku belum masuk mahapala namun aku berharap aku bisa menaklukan seven summits ( tujuh puncak tertinggi di dunia) yang menjadi kebanggan tersendiri bagi para pendaki. Kegiatan mahapala yang selanjutnya adalah kegiatan expedisi yang bertajuk “Spirit of Indonesia Youth Expedition Part 2 ” yaitu suatu kegiatan pendakian tujuh puncak tertinggi di dunia yang kedua setelah sebelumnya sudah melakukan pendakian di Gunung Kilimanjaro tahun 2009. Gunung yang menjadi target selanjutnya adalah Gunung Elbrus yang terletak di Rusia, Eropa. Kegiatan ini melibatkan semua anggota mahapala sebagai panitia, dan tiga anggota sebagai atlet. Aku menjadi kepanitiaan dalam pencarian dana sponsor bersama seniorku. Hal yang paling berkesan adalah ketika aku dan seniorku mengantarkan pengajuan bantuan dana kegiatan dan audiensi di lima kementrian, yaitu Menteri Lingkungan Hidup, Menteri Luar Negeri, Menteri Kehutanan, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, dan Menteri Pemuda dan Olahraga. Nilai yang dapat aku ambil dari kegiatan ini adalah kesopanan. Dalam keadaan apapun kita harus sopan kepada semua orang. Dalam kepanitiaan ini aku banyak belajar tentang cara – cara lobi, surat – menyurat, sikap dan tindakan, dll yang sebelumnya aku tidak tahu. Aku banyak di ajari senior ku tentang pentingnya kepanitiaan. Suatu kepanitiaan menjadi penting karena akan bisa lebih efektif dalam memanajemen segalanya. Keberhasilan suatu kepanitiaan bukanlah di lihat dari banyaknya anggota atau orang yang ada di dalam kepanitiaan tersebut, tetapi dilihat dari koordinasi yang dapat berjalan dengan baik. Apabila sudah ada koordinasi dengan baik, maka semuanya dapat terkendali dan harus ada monitoring setiap saat, itulah kunci keberhasilan kepanitiaan. Aku berharap suatu saat nanti dapat menjadi seperti senior – senior ku. Untuk dapat mewujudkankannya maka aku harus menggali semua potensi yang ada pada diriku dan selalu belajar, karena belajar tidak ada batasnya. Harapanku yang terbesar di mahapala adalah suatu saat nanti aku dapat mendaki puncak tertinggi di dunia yaitu Gunung Everest ( Sang Dewi Langit ) yang menjadi pembunuh bagi para pendaki di seluruh dunia. Aku ingin membawa nama Indonesia pada umumnya dan mahapala pada khususnya di dunia. Aku ingin menjadi orang Indonesia selanjutnya yang mampu menaklukan puncak tertinggi tersebut setelah sebelumnya sudah ada orang Indonesia yang menaklukan puncak tersebut yaitu dari satuan pasukan Kopassus. Harapanku adalah senentiasa melakukan yang terbaik dalam hidup, agar tidak menyesal nantinya. Aku ingin menjadi orang yang berguna untuk sesama. Aku yakin bahwa setiap manusia adalah pemimpin. Aku berharap suatu saat nanti dapat menjadi pemimpin yang adil. Pemimpin yang mampu memberikan perubahan ke arah yang lebih baik. Aku berharap dapat selalu menjaga keimananku hingga akhir hayatku. Aku ingin membahagiakan orang – orang yang aku cintai, terutama kedua orang tuaku yang sudah sangat berjasa dalam hidupku. Aku ingin membuat mereka senang melihat anak – anaknya sukses suatu saat nanti. Aku ingin menjadikan adikku lebih baik dari aku, lebih maju dari aku, dan sayang kepada keluarga dan sesama.Aku berharap mendapat pasangan hidup yang mampu membuatku lebih baik, pasangan hidup yang hanya satu kali dalam seumur hidup. Meskipun keluarga kami tidak kaya,tetapi hidup bahagia. Harapanku yang terbesar adalah aku ingin menaikkan haji kedua orang tua ku, karena hal tersebut sudah menjadi cita – cita mereka sejak aku kecil. Namun karena mungkin untuk membiayai anak – anaknya, keinginan mereka jadi terhambat. Oleh karena itulah suatu saat nanti aku berharap bisa memberangkatkan mereka untuk menunaikan rukun islam yang kelima. Amien...
Wassalamualaikum Wr.Wb
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar